Rabu, 21 Juli 2010

Pertamina: Kalau Premium Jelek, Jakarta Macet Total

Jakarta - Pertamina yang selama ini menjual bensin Premium tetap keukeh kalau tidak ada yang salah dengan Premium yang selama ini mereka jual. Premium pun sudah memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah.

Jadi Pertamina pun menilai isu Premium yang membuat rusak fuel pump dianggap Pertamina tidaklah berdasar. Karena mereka telah lama menjual bensin dengan kadar oktan 88 ini dan sudah jutaan kilo liter Premium yang mereka pasarkan, kalau memang Premium bermasalah pasti dari dulu sudah terdeteksi.

"Dan kalau sekarang Premium kita bermasalah, harusnya coba dipikirkan berapa juta kiloliter Premium yang kita jual, kalau itu bermasalah, Jakarta pasti macet total karena mobil yang pakai Premium mogok semua," ujar Vice President Communication Pertamina, Basuki Trikora Putra kepada detikOto, Rabu (21/7/2010).

Lebih lanjut Trikora menjelaskan kalau Premium yang dijual Pertamina saat ini adalah jenis bahan bakar yang spesifikasi dan kandungannya sudah ditentukan oleh BP Migas.

"Mana berani kita jual Premium yang tidak sesuai dengan ketentuan BP Migas. Bisa kena penalti kita," tegasnya.

Karena itulah Trikora menyarankan agar semua pihak terutama konsumen bisa mencermati isu ini dengan kepala dingin dan jangan langsung menuding kualitas Premiumlah yang menjadi penyebab jebolnya fuel pump sebuah mobil.

"Banyak faktornya. Karena itu jangan langsung tuding," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan ada fenomena aneh yang terjadi belakangan ini dimana banyak sekali fuel pump mobil yang mengkonsumsi Premium jebol. Jebolnya fuel pump itu diduga akibat Premium yang kotor. Premium diduga mengandung kadar belerang yang lebih tinggi.

Kotornya Premium tersebut membuat mampet saringan depan fuel pump yang membuat asupan bensin menjadi sedikit. Inilah yang ditengarai membuat bagian dalam fuel pump menjadi cepat panas dan akhirnya jebol.

Namun konsumen menurut Trikora harusnya tidak langsung menuding Premium milik Pertamina yang menjadi penyebab kerusakan fuel pump.

"Coba tanya bengkel, coba tanya konsumen bagaimana kebiasaan mereka merawat kendaraan. Jangan langsung salahkan kami dong, itu tidak fair. Teliti dulu, jangan langsung tuding," keluh Trikora. ( syu / ddn )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar